Lost Stars (jumil)
You, end
–201X–
“Halo jaehyunie?”
Suara sedikit agak deep itu terdengar keluar dari ponsel dan menghangat melewati gendang telinganya. Itu suara juyeon, laki-laki yang tengah mengisi hatinya untuk saat ini–dan mungkin masa depan.
“Iya? Jadi flight malam ini??” Tanyanya sambil mencari posisi nyaman di tempat tidurnya.
“Iya sayang kan aku dah bilang” kekehan kecil terdengar dari seberang telepon. Hyunjae hanya bisa meringis kecil, malu.
“Oiya aku kangen nih, boleh liat wajah kamu?”
Hyunjae mengerutkan dahinya. Bingung, tumben sekali? Bukannya tadi sore mereka baru saja melakukan vidcall? Kok??
“Lah? Kangen lagi?” Respon hyunjae singkat.
Terdengar deheman dan juga kekehan dari balik telepon. Hyunjae hanya menggelengkan kepala kemudian menyalakan lampu tidurnya kembali. Ada aja ulah kekasihnya itu.
“Nihh” ucap hyunjae sambil mencoba mencari angle yang bagus.
“Gelap gasih ju? Aku ke balkon bentar” sambung Hyunjae lagi sambil melirik juyeon yang hanya mengangguk tanpa mengusap satu kata pun. Lagi-lagi, tumben.
“Oke dah terang” ucap hyunjae lagi sambil memposisikan ponselnya. Dirinya dengan bingkai langit bling-bling bahkan terlihat jelas dilayar. Juyeon hanya memasang wajah gemas diseberang. Sambil menyembunyikan setengah wajahnya dengan selimut.
“Lah kamu belum siap-siap?” Tanya Hyunjae, aneh padahal seingatnya satu jam lagi laki-laki itu akan terbang pulang.
“Bentar, masih ada sejaman lagi by” ucap juyeon.
“Tapi kan belum perjalanannya?! Suka banget sih buru-buru??!!!” Balas hyunjae kesal.
“Iyaiya bawel!! Btw kamu manis banget malem ini, abis makan gula berapa sendok??” Kekeh juyeon bahkan sampai matanya ikut tersenyum saat laki-laki itu tersenyum.
Hyunjae hanya menggelengkan kepala sambil menyembunyikan pipinya yang menyemu. Sudah hampir dua tahun mereka menjalani hubungan tetapi entah mengapa dia masih belum terlalu kebal dengan eyesmile laki-laki lee itu. Hatinya selalu memanas sampai membuat semburat merah dipipinya. Yahh, entah dia yang terlalu baper atau seorang lee juyeon yang terlalu menawan.
“Gemes banget sih pengen cubit pipi kamu tapi—jauh” kalimat terakhir juyeon perlahan memelan.
Hyunjae mengulum bibirnya sambil tersenyum “kan abis ini ketemu makanya cepet ke bendara nanti ketinggalan pesawat!!”
Juyeon tertawa dilayar. Lalu mengangguk dan terlihat keluar dari ranjangnya. Hyunjae menghela napas, kemudian menggelengkan kepala ketika juyeon masih saja memegang ponselnya dan terus melihatnya sambil tersenyum hangat.
“Liat jalan ju, hapenya ditaruh dulu ish ntar kesandung mampus!”
“Gapapa, pengen liat kamu bentar sebelum aku pergi”
Hyunjae mengangkat satu alisnya bingung. Juyeon masih saja tersenyum sambil menatapnya hangat, dengan tatapan ribuan arti yang tidak bisa diartikan dirinya.
“Jangan aneh-aneh ya kamu!! Cepet terbang kesini atau aku ngambek” hyunjae menggembungkan pipinya. Berusaha membuang pikiran tidak-tidaknya ke juyeon, kekasihnya itu.
Juyeon terdiam sebelum mengangguk mengiyakan. Bahkan laki-laki lee itu lagi-lagi melayangkan senyum manisnya ke hyunjae, dan lagi-lagi hyunjae tidak bisa mendeskripsikan arti tatapannya.
“Jae? coba liat bintang dibelakang kamu”
Hyunjae sontak menoleh agak keatas, mencoba melihat apa yang disuruh kekasihnya itu.
“Waw? Tumben banget bintangnya keliatan dari sini???” Ucap hyunjae antusias. Bahkan juyeon bisa melihat binaran matanya walau dari layar ponsel.
“Jae?” Ucap juyeon lirih.
“Iya kenapa?”
“Aku pengen jadi bintang deh. kalau aku jadi salah satu dari ribuan bintang disana gimana?”
Hyunjae langsung menoleh dengan tatapan tak pahamnya.
“Ngomong apa sih? Kamu jangan ngada-ngada yaa??” Omelnya dan hanya mendapat respon senyuman kecil juyeon.
“Gapapa hehe ngasal doang, tapi kalo kamu kangen aku bisa lihat mereka” tunjuk juyeon kearah langit.
“Aku ada disana, disalah satu bintang dilangit. Cari aja bintang paling redup itu aku” ucap juyeon kembali lirih. Laki-laki lee itu mengigit bibir bawahnya lalu menggeleng pelan. Eyesmilenya perlahan hadir kembali membuat pertanyaan besar dibenak hyunjae. Hyunjae masih saja diam memerhatikan. Perasaannya tiba-tiba mulai tidak enak.
“Iya aku bintang paling redup, soalnya bintang paling terang itu kamu eakk!!!”
“YAKK LEE JUYEON!! ISHH GUA KIRA KENAPA??!! BIKIN KHAWATIR AJA IHH!!!” Hyunjae langsung meledak. Juyeon tertawa ketika melihat kekasihnya itu marah-marah. Terlihat menggemaskan apalagi dengan pipi yang menggembung. Ah dia ingin sekali mencubit pipinya, sekali lagi saja–kalau bisa.
“Dahlah aku matiin aja vc–”
“Ehh jangan!!! Iyaiyaa maap bentar lagi yaa?? Aku masih pengen liat kamu” cegah juyeon membuat Hyunjae menghentikan jarinya yang hampir saja menyentuh tombol berwarna merah dilayar.
“Tapi aku serius loh, kalo kangen aku liat aja bintang disana”
“Bodoamat yaa tuan lee!! Mending siap-siap ke bandara sana nanti ketinggalan pesawat!! Dah yaa aku tutup bye!!”
“Eh say–”
Hyunjae mendengus ketika berhasil mematikan sambungan teleponnya. Dia langsung berjalan masuk kembali untuk tidur dan mengabaikan beberapa panggilan masuk lagi dari juyeon. Andai saja hyunjae mengangkat panggilan juyeon saat itu, mungkin dia masih bisa melihat senyuman juyeon lagi.
Tapi semua itu hanya sebuah penyesalan. Sekarang hyunjae hanya bisa melihat senyuman laki-laki lee itu lewat balik bingkai kaca. Dengan tangisan penuh penyesalan.
Ya lee juyeon, telah pergi untuk selamanya. Pergi meninggalkan hyunjae, sendiri. Tepat dimalam setelah melakukan panggilan video dengannya. Andai, andai saja hyunjae tidak memilih egonya dan mengangkat panggilan juyeon malam itu mungkin semuanya masih normal, atau setidaknya dia masih bisa merasakan pelukan laki-laki itu lagi.
“Andai, a-andai aja gua ga ngambek hari itu pasti gua masih bisa meluk kamu lo, ju” isakan tangis hyunjae masih saja memenuhi area krematorium yang sudah sepi.
“Ya kamu beneran jadi bintang sekarang, selamat lee juyeon!! Selamat kamu berhasil hiks tapi kamu gagal jadi bintang yang paling redup disana, mala aku yang disini yang jadi bintang redup sedangkan kamu bersinar diatas sana” teriak Hyunjae dalam kesendirian. Sakit, benar-benar sakit.
“Lee juyeon—”
Terlambat, semuanya sudah terlambat. Kini hanya tinggal penyesalan. Lee juyeon benar-benar pergi. Bintangnya pergi–menjadi bintang diatas sana, bintang paling terang. Meninggalkan meredup disini. Meredup perlahan sampai akhirnya cahayanya menghilang dan mati.
—end.
Lee juyeon. Dia adalah bintang yang paling bersinar dan redup disaat bersamaan. Bintang pertama dan juga terakhir yang saat itu bisa aku gapai. Yaa hanya untuk waktu itu, karena di waktu ini kamu hanyalah bintang jauh yang tidak mungkin aku gapai” – Lee jaehyun 202X
~✨✨✨