Blue Hour (sunki)
Beginning, end
Hari ini, hari yang terburuk bagi seorang Nishimura Riki atau yang kerap dipanggil Riki itu. Mulai dari dihukum bersihin wc karena telat, remidi fisika dan matematika bersamaan, gagal tes di kelas dance, diputusin pacar ah ralat mantan pacarnya secara tiba-tiba, sampai puncaknya...
“Mama sama papa bisa gasih sehari aja gausah ribut? Riki pusing tau dengernya!!”
Riki memijat pelipisnya, memilih keluar rumah kembali dari pada berdiam diri di tempat yang bisa membuatnya darah tinggi.
Semburat cahaya sore kemerahan setengah keoranyean, mulai terlukis abstrak di tatanan biru tata surya. Berbagi cerita indah dengan kumpulan awan putih kebiruan. Berbeda sekali dengan Riki yang hanya sendiri, disini.
Riki menatap pantulan senja memuakkan di aliran sungai didepannya. Dia selalu membenci senja sejak dulu. Apalagi sejak kakaknya, memilih pergi meninggalkannya saat semburat oranye itu menghilang.
Riki menghela nafasnya panjang. Melempar beberapa batuan kecil kearah air, sembari melepaskan emosinya. Pikirannya runyam, berbelit seperti gumpalan benang wol tak terurus dan tidak berujung.
Entah dorongan darimana, Riki beranjak dan melangkahkan kakinya kearah jembatan panjang di depan sana. Berdiri di tengah, sembari melawan hempasan angin sore. Membiarkan tubuhnya bertarung dengan angin dan air mata yang entah darimana asalnya.
Tubuhnya terasa ringan. Seolah angin tengah berusaha membawanya pergi. Riki tersenyum. Entah kenapa tiba-tiba semburat senyum manis milik kakaknya tergambar jelas di pikirannya. Suara lembut itu bahkan beberapa kali menghipnotisnya, sampai tak sadar ujung sepatunya sudah tak lagi menanjak di tiang besi gagah disana.
Sebuah tarikan, tiba-tiba menariknya kembali sampai tubuhnya kehilangan keseimbangannya dan terjungkal ke belakang.
“Lo gila?!”
Riki mengusap pinggangnya sembari melihat orang yang tengah mengomel di depannya.
“Iya gua gila shh.. lo siapa sih main narik aja sakit tau!”
Orang itu mendengus sambil menjulurkan tangannya membantu Riki bangun.
“Emang kalo lo jatuhin diri kesitu gabakal sakit hah?”
Riki mengerjapkan matanya. Hah? Dia mau jatuh kesana?
“Kalo ada masalah tuh di selesain baik-baik! Jangan nyerah gitu dong masa cowo gampang nyerah”
Riki menghela nafasnya. Benar juga apa yang dibilang orang asing ini.
“Lo siapa sih tiba-tiba dateng kayak setan”
Orang itu memukul lengan Riki sambil mengerucutkan bibirnya.
“Enak aja! Gue seimut ini dibilang setan”
“Emang setan”
“Lo tuh yang kayak setan”
Riki memutar bola matanya kesal. Memilih berbalik dan meninggalkan laki-laki aneh itu.
“Eh! Mau kemana!!”
Riki memutar bola matanya, “Pulang”
“Masa sih? Nanti mau loncat lagi kalo gada orang”
“Engga. Lu kenapa sih ngintilin gua?”
Laki-laki itu menatap Riki serius.
“Mau mastiin lu gabakal loncat lagi!”
Riki menghela nafas panjang.
“Gabakal”
“Boong dosa”
Riki menghela nafasnya lagi. Iyain ajalah. Sepertinya sorenya akan terasa panjang.
“Nishimura Riki? Wow nama lu bagus banget!”
Riki melihat laki-laki yang tengah memakan ice cream di depannya. Asik sekali sampai mengabaikan beberapa noda di sekitar bibir plumnya.
“Lu siapa?”
Laki-laki itu menunjuk kearah dirinya sendiri.
“Gue? Kim Sunoo hehe”
Riki terdiam saat melihat senyum cerah laki-laki itu mengembang. Tampak familiar tapi entah dia pernah melihatnya dimana.
“Sunoo? Gua kayak pernah liat lo”
Sunoo tersedak. Dia mengangkat alisnya bingung.
“Iyakah?”
Riki mengangguk, “Tapi gua gainget liat dimana”
Sunoo berdecak. Hampir saja.. dia kira Riki mengingatnya.
“Idih sok tau”
“Beneran tau! Muka sama senyum lo familiar”
Sunoo mengangkat bahunya. Mengabaikan Riki yang tengah bergelut dengan pikirannya sendiri. Dia tersenyum. Ternyata tidak berubah.
“Riki? Mau ke tempat bagus ga?”
Riki mengangkat satu alisnya. Sunoo tersenyum.
“Mungkin ini bisa nenangin pikiran lo?”
Pemandangan tata surya indah terlukis sempurna di depan sana. Gumpalan awan putih menggumpal acak menghiasi langit biru keoranyean. Riki ternganga. Selama 17 tahun dia tinggal disini dan dia tidak tau tempat seindah ini tak jauh dari rumahnya.
Riki menoleh kearah Sunoo yang sudah menghilang disebelahnya dan pergi bermain di sekitaran air laut. Dia tersenyum. Memilih duduk di pasir sambil mendengarkan suara gemericik air yang bersautan dengan angin. Benar kata Sunoo, ini benar-benar menenangkan.
“Kok lo tau ada tempat terpencil kek gini?”
Sunoo menoleh kemudian merebahkan tubuhnya disamping Riki.
“Mama dulu sering bawa gua kesini kalo gue lagi capek. Sekarang gue yang bawa lo kesini hehe”
Riki tersenyum simpul. Senyum Sunoo benar-benar membuat hatinya menghangat. Dia bahkan sudah melupakan apa yang mengganjal pikirannya tadi, dan malah terfokus pada laki-laki manis itu.
Sunoo, laki-laki itu datang tiba-tiba seperti kiriman Tuhan untuk membuatnya tersenyum di sore yang memuakkan ini. Dia tak habis pikir, wajah sunoo benar-benar terlihat cerah seperti tidak ada masalah walaupun kulit putihnya terlihat agak pucat.
“Manusia itu memang semua punya masalah dan terkadang memilih menyerah dari pada menyelesaikannya, bener kan?”
Riki tanpa sadar mengangguk, menanggapi ucapan Sunoo. Sunoo tersenyum simpul lalu mendongak kearah langit.
“Tapi bukankah lebih baik menyelesaikannya dari pada menyerah dan menimbulkan masalah baru?”
Riki menoleh kearah Sunoo yang juga melihatnya hangat. Sunoo tersenyum. Riki merasakan seperti sesuatu tengah menusuk hatinya. Ucapan hangat itu malah menusuk hatinya.
“Gue gatau lu punya masalah apa ki, tapi gue yakin lo cowok kuat. Ayolah masa masalah kecil gitu lo udah nyerah sih? Kalo ngerasa masalah lo berat, Tuhan gabakal ngasih itu ke Lo. Tuhan ngasih masalah ke hambanya sesuai takaran kesanggupan diri manusia masing-masing. Tergantung manusianya aja nanggapin masalah itu sebagai ujian atau cobaan”
Riki lagi-lagi tertohok. Dia menunduk, tak berani melihat ke depan maupun ke arah Sunoo. Sunoo tertawa. Dia menarik bahu laki-laki disebelahnya itu kemudian merangkulnya.
“Gue juga kadang pengen nyerah tau! Tapi gua milih bertahan demi orang yang gue sayang”
Sunoo tersenyum tipis. Menoleh kearah Riki yang masih menundukkan kepalanya.
“Apaan ih nunduk gitu! Liat depan ayo!! Coba ngomong ke diri sendiri kalo lo hebat, lo kuat!”
Riki menoleh kearah Sunoo. Sunoo hanya tersenyum lebar sambil mengodenya menuruti perkataannya. Riki menghela nafasnya. Dia benar-benar melakukan apa yang diperintahkan oleh Sunoo.
“Gua hebat! Gue kuat! Masa gitu aja lo udah nyerah sih Rik!”
Perasaan lega perlahan hadir di dadanya. Dia menoleh ke sunoo yang lagi-lagi tersenyum memamerkan eyes smilenya. Manis..
“Lega kan?”
Riki mengangguk sambil tersenyum.
“Kalo lo ngerasa masalah lo berat, coba kesini atau tempat yang tenang terus lakuin kayak tadi okay?”
Riki mengangguk. Sunoo menghela nafas panjang. Akhirnya tugasnya selesai.
“Beneran? Kalo gini gue udah bisa pergi”
Riki menoleh, mengangkat alisnya tak paham.
“Pergi kemana?”
Sunoo mengangkat bahunya.
“Mungkin ke tempat yang indah? hehe”
Riki memutar bola matanya. Sedangkan Sunoo tertawa meresponnya. Riki kesal tapi setengah merasa ada yang aneh dari laki-laki yang ditemuinya satu jam lalu itu. Tapi apa?
“Lo tau ga gua awalnya benci senja?”
Sunoo menoleh, “Iyakah?”
Riki mengangguk sambil melihat guratan senja yang mulai terukir di ufuk barat.
“Senja jahat udah ngambil orang yang gua sayang”
Sunoo mengulum bibirnya. Dia menepuk pelan punggung Riki kemudian memeluknya.
“Turut berduka tapi lo kuat kan? Buktinya masih bernafas sampe sekarang”
Riki mendengus, “Iya hampir aja gua berhenti bernafas kalo lo ga narik gua tadi”
Sunoo terkekeh pelan. Ya untung saja. Kalau tidak mungkin dia tidak akan pernah tenang.
“Makasih ya Sun?”
Sunoo menoleh lalu mengangguk. Riki tersenyum. Laki-laki itu masih setia melihat wajah manis Sunoo tanpa tau senja mulai turun di ujung barat.
“Makasih udah bikin gua sadar. Lo dateng di waktu yang tepat. Gua kira lo malaikat tau tadi tiba-tiba dateng nyelametin gua walaupun agak ngeselin”
Sunoo berdecak, “Lo mau makasih atau ngejek sih?”
“Dua-duanya sihh”
“Dih?!!”
Riki terkekeh, “Btw lo manis juga kalo lagi marah gini”
Sunoo sontak melotot. Dia otomatis mencubit Riki sampai laki-laki itu meringis kesakitan.
“Iyaiya aduh bercanda”
“Galucu ihh”
Riki tertawa lebar. Sunoo ikut tersenyum melihat laki-laki benar-benar tertawa seperti sedia kala, tanpa masalah disekitarnya. Sekarang tugasnya selesai. Saat senja berakhir dia bisa pergi dengan tenang. Meninggalkan bekas kenangan manis antara dirinya dan laki-laki disebelahnya itu, Riki. Dia mendongak kearah langit yang mulai gelap.
“Tugasku selesai. Kalian udah bisa jemput aku pulang”
Riki melihat Sunoo yang tersenyum melihat kearah langit senja. Hatinya benar-benar terasa hangat saat bersama laki-laki itu. Dia ikut melihat kedepan. Menikmati cahaya indah yang sempat dia benci lima tahun lalu dan membuat beberapa masalah menghampirinya. Tetapi mungkin, sekarang dia akan mulai menyukainya. Apalagi kalau bukan karena Sunoo.
“Tolong jaga diri ya Riki? Jangan sampe ngelakuin hal itu lagi! Bahagia terus!!”
Riki tersenyum samar. Dia mengangguk jelas di depan Sunoo. Sunoo tersenyum lebar sambil mengangguk.
“Sip Nishimura Riki udah janji sama Kim Sunoo bakal bahagia terus”
Riki tertawa. Kenapa Sunoo yang membuatnya emosi sejam yang lalu sekarang terlihat menggemaskan. Dia menepuk pipinya pelan. Hey sadar bodoh.
Sunoo ikut tertawa. Mulai melihat guratan oranye yang benar-benar hilang di ufuk barat. Harinya berakhir sekarang. Dia menoleh kearah Riki yang tersenyum cerah sambil mengulurkan tangannya, bermaksud mengajaknya pulang. Sunoo tersenyum. Laki-laki itu memang seharusnya bahagia. Semoga Tuhan benar-benar menepati janjinya. Semoga waktu berbalik seperti semula. Sunoo harap itu berhasil. Dan jam biru ini akan menjadi saksi takdir laki-laki itu berbalik. Sunoo bersumpah, tolong catat itu.
Riki pulang dengan keadaan sepi. Rumahnya terasa damai dari sebelum dia pergi. Yang awalnya dia melihat orang tuanya yang berdebat tentang masalah sepele, sekarang malah bercanda sambil menonton tv di ruang tengah. Riki bingung. Tiba-tiba sekali?
Riki mengangkat bahunya. Memilih melewati kedua orang yang asik dengan dunianya sendiri kemudian naik ke kamarnya. Dia enggan berganti baju, tetapi secarik kertas di saku jaketnya menarik perhatiannya. Kertas putih agak lusuh yang entah sejak kapan tinggal disana.
Riki membukanya. Membacanya perlahan sebelum sebuah cairan bening juga perlahan melewati pipinya. Surat dari laki-laki yang beberapa menit lalu masih tersenyum bersamanya, Kim Sunoo. Dia benar-benar tidak menyangka apa yang ditulis Sunoo disini. Ini tidak benar kan?
Riki menarik jaketnya lagi kemudian berlari keluar rumah. Berlari kearah tempat terakhir dia mengantarkan Sunoo. Sunoo tidak mungkin pergi secepat itu. Ini bohong.
Suara ambulan mendominasi saat dia sampai di rumah yang dia yakini sebagai rumah Sunoo. Dia melihat dengan mata kepalanya sendiri saat laki-laki itu masuk ke rumah itu. Tetapi rumah itu sekarang tengah dihiasi pada pekerjaan medis dengan iringan suara memekik sirine ambulan.
Riki bersimpuh saat melihat laki-laki manis itu benar-benar keluar dari rumah dengan senyum cerah dan mata tertutup sempurna.
“Gamungkin secepet ini kan? Sunoo lo bohong?”
Riki berlari kearah gerombolan orang didepan sana. Mengabaikan orang yang berusaha menariknya keluar kembali. Dia masih tidak percaya malaikat penyelamatnya benar-benar akan pergi ke tempat asalnya. Kim Sunoo, malaikatnya itu akan pergi ke tempat semestinya di atas sana.
Riki tidak percaya. Semuanya seperti ilusi. Semua deretan peristiwa barusan benar-benar seperti reka adegan film. Semua takdir baik yang berbalik kembali kepadanya juga seperti karangan sutradara. Riki tidak akan bisa mempercayai semua itu. Apalagi Sunoo yang meninggalkannya dengan perasaan aneh yang sangat mustahil untuk terbalaskan.
“Kim Sunoo. Makasih, lo pantes bahagia. Tunggu gua yaa? gua bakal nyusul kalau Tuhan udah merestui gua sama lo. Sekali lagi makasih”
Halo Riki!!
Gue harap lu selalu bahagia. Eh, emang Tuhan bakal ngasih lu kebahagiaan terus sih hehe.. Lu gausah khawatir bakal sedih lagi, banyak masalah lagi. Gue udah minta Tuhan agar kehidupan lu kembali seperti semua walaupun bertahap. Maaf ya gue gabisa nemenin lu pas udah bahagia. Mungkin bakal ada seseorang yang dateng buat temen hidup lu di masa depan hehe jadi lupain aja gue^^ Kalo lu kira awal pertemuan kita itu tadi, lu salah. Kita pernah ketemu di rumah sakit sekitar 5 tahun yang lalu. Mungkin lu gainget, tapi gue cowo gendut yang hibur lu dulu waktu kakak lu pergi. Turut berduka ya.... Gua tuh sebenernya udah gainget muka lu, lu berubah banget tau!! Jadi tambah keren :(( Tapi karna bantuan seseorang gue bisa ketemu lo lagi hwehe oiya pas itu gue juga udah suka sama lu hehe ala² first love anak remaja. Huhu jangan benci gua yaa pas tau ini :(( Terakhir.. mungkin pas lu baca ini gue udah pergi. Pergi ke tempat dimana malaikat berasal, iya diatas ditempat indah abadi buat malaikat ngeselin kayak gue kata lu hehehe moga aja kita bisa ketemu di masa yang datang ya Riki?? Udah itu aja.. Gue pamit ya Riki? Jaga diri yaa!! I love u and goodbye...
–Kim Sunoo
–end