Orange (taegyu)

Dusk, rain

Beomgyu termenung, melihat guratan merah keoranyean di ufuk barat, mulai tenggelam. Lengkungan kelabu hitam menuntut semua kesunyian, membawa dirinya sampai detik ini. Garis senyumnya tipis, mengingatkan kenangan pahit beberapa bulan yang lalu. Kenangan pahit tentang dia dan senja. Dan juga seorang Kang Taehyun, laki-laki yang masih mengisi hatinya sampai saat ini.


Sore ini, entah tumben sekali seorang Kang Taehyun meminta Beomgyu untuk keluar dari asrama hanya untuk berjalan-jalan. Biasanya Taehyun paling anti keluar, apalagi untuk jalan-jalan membuang-buang waktu bersama Beomgyu. Walau status mereka berpacaran, Taehyun tipe orang yang lebih suka menghabiskan waktunya di dalam ruangan, dan Beomgyu sangat memaklumi hal itu.

ā€œTumben ngajak jalan?ā€ Tanya Beomgyu sambil menarik lengan Taehyun, lalu menggandengnya.

Taehyun terdiam. Dia hanya tersenyum, tak merespon lebih ucapan Beomgyu. Beomgyu mengangkat alisnya. Ada yang aneh dari Taehyun sore ini, entah kenapa Taehyun terlihat berbeda dari biasanya.

ā€œKamu gapapa? Sakit?ā€ Ucap Beomgyu khawatir sembari meletakkan punggung tangannya kearah kening laki-laki disebelahnya. Tetapi semua tampak normal.

Taehyun termenung. Terkekeh kecil kemudian menarik tangan mungil Beomgyu keluar dari area asrama. Dia tidak mau membuat para penjaga marah karena senja hampir saja tiba dan mereka malah asik keluyuran mengiringi rona merah barat itu.

ā€œMau kemana sih? Ih jangan tarik-tarik!!ā€ Teriak Beomgyu saat Taehyun masih saja fokus menariknya kearah sebuah tempat yang asing baginya.

Baru saja Beomgyu ingin protes lagi, matanya langsung terfokus dengan pemandangan tak nyata di depannya. Kilauan rona senja, terpantul dengan kilatan cahaya air, membuat spektrum warna tak nyata, membuat Beomgyu terpaku kagum.

Dia melirik kearah Taehyun yang berada tak jauh darinya. Tatapan mata sendu Taehyun, menembus keajaiban tata surya di depan sana. Beomgyu tak paham. Dia memilih tersenyum lebar. Menikmati desiran angin sore yang mulai bersiul menerpa wajah manisnya. Jarang-jarang Taehyun membawanya jalan-jalan walau hanya menikmati angin sore, jadi dia tidak mau mengambil pusing hal itu.

ā€œSeneng ngga?ā€

Beomgyu tersenyum cerah sambil mengangguk cepat, membuat Taehyun terkekeh.

ā€œSeneng banget!!! Kok aku baru tau ada tempat begini deket asrama?ā€

Taehyun mengangkat bahunya, ā€œAku juga baru tau tempat ini beberapa hari yang lalu, habis pulang check upā€

Senyum cerah Beomgyu mendadak pudar. Dia melihat Taehyun tajam penuh pertanyaan.

ā€œCheck up? Kamu sakit?ā€

Taehyun hanya merespon dengan senyuman tipis. Memilih menarik Beomgyu lebih dekat dengan kilauan aurora di depan sana. Beomgyu menatap Taehyun lekat, pahatan sempurna dibalik wallpaper senja itu terdiam sambil terus menatap dengan senyum sendunya.

ā€œMau janji sesuatu ngga?ā€

Beomgyu menatap Taehyun bingung. Taehyun malah terkekeh melihat raut wajah khawatir sekaligus bingung laki-laki manis disebelahnya.

ā€œBeomie?ā€

ā€œJanji apa dulu ih?ā€ Jawab Beomgyu kesal.

Taehyun mengulum bibirnya. Kemudian kembali tersenyum melihat kearah depan.

ā€œJanji tetep jadi Beomgyu yang Taehyun kenal. Beomgyu yang ceria, Beomgyu yang jahil, bisa?ā€

Beomgyu mengangkat alisnya bingung.

ā€œEmang aku berubah?ā€

Taehyun menggeleng cepat.

ā€œTerus? Kamu ngomong apa sih? Jangan bikin aku mikir aneh-aneh yaa?!ā€ Ucap Beomgyu kesal.

Taehyun tertawa kecil. Melihat wajah kesal Beomgyu, sungguh membuat jemarinya otomatis mencubit pipi laki-laki beruang itu. Gemas.

Beomgyu mendengus kesal. Memilih mengabaikan kerandoman tiba-tiba Taehyun, dan mulai menikmati senja yang mulai turun.

ā€œJanji ya? Jangan lupain aku juga heheā€

Beomgyu mendengus kesal. Mendorong bahu Taehyun sambil merotasi bola matanya.

ā€œPlease, kamu ngomong apa sih? Ngaco banget! Yakali aku ngelupain kamu kan kamu ga kemana-mana. Kamu diem aja ih!! random bangetā€

Taehyun terkekeh melihat kekasihnya itu mengomel. Hatinya terasa bergemuruh saat melihat raut khawatir Beomgyu terpampang nyata dengan dibalur sinar senja di depan sana. Tapi apa boleh buat. Takdir yang menyuruh semua hal ini terjadi.

Beomgyu menatap Taehyun tajam. Menghembuskan nafasnya panjang lalu kembali melihat senja yang mulai perlahan turun, tenggelam. Mengabaikan perasaan aneh yang menganggu hatinya sejak tadi. Sembari berharap, semua perasaan aneh itu hanya omong kosong kekhawatiran tanpa dasarnya. Ya semoga saja.

Bahu Beomgyu terasa memberat. Dia menoleh, melihat rambut pirang Taehyun sempurna bersandar di bahunya. Senyumnya perlahan melebar. Menikmati beberapa detik terakhir sebelum keelokan aurora senja didepan sana lenyap.

ā€œBeom, inget aku terus ya? Awas aku yang ganteng ini dilupainā€

Beomgyu menghela nafasnya panjang. Perasaannya semakin aneh saat Taehyun mulai berbicara random, lagi.

ā€œKamu ngomong apa sih Tae? Aku bilang diem ihā€

Taehyun terdengar terkekeh tipis.

ā€œHabis ini turun hujan. Kamu percaya ga kalo hujan bakal bawa aku pergi?ā€

Beomgyu terdiam. Entah tuntutan dari mana, dia reflek melihat kearah atas. Gumpalan awan kelabu ternyata tengah memutari area sunyi ini. Beomgyu kembali melirik kearah Taehyun. Sebelum kilatan merah menetes menghiasi hijaunya rumput, membuat Beomgyu otomatis melebarkan matanya. Terkejut.

ā€œTaeā€“ā€

ā€œDiem dulu Gyu. Aku tau kamu udah liat itu hehe. Jadi tolong biarin aku ngomong sesuatu dulu oke?ā€

Beomgyu diam. Benar-benar diam. Mulutnya seolah terkunci menuruti semua kemauan Taehyun. Taehyun terkekeh tipis. Nafasnya terdengar cukup teratur sebelum meneruskan perkataannya.

ā€œAku sayang kamu. Tolong inget ituā€

ā€œJangan pernah nyalahin takdir kalau misal hujan beneran bawa aku pergiā€

ā€œTetep jadi Beomie yang Taehyunie kenal selama ini. Jangan pernah berubah, apapun yang terjadiā€

ā€œMungkin setelah ini kamu bakal benci senja dan hujan. Tapi kalo kamu rindu Taehyunie, coba kesini. Aku bakal nemuin kamu diujung senja, dengan perantara aurora orange di sanaā€

Beomgyu menurut melihat kearah gemetar jari telunjuk Taehyun. Sembari menahan mati-matian agar air matanya tidak terjatuh. Dia masih tidak mau menerka-nerka kejadian tanpa aba-aba ini. Sungguh ini benar-benar diluar dugaannya.

Taehyun tersenyum tipis. Melihat keluh kesah bayangan disebelahnya. Matanya memberat. Rasa sakit perlahan kembali menjulur di seluruh tubuhnya. Dia tersenyum. Berusaha membuka bibirnya, walau dia sudah tidak bisa merasakan geraknya lagi.

ā€œInget ya! Aku bakal selalu sayang kamu. Aku mohon kamu tetep jalani hidup kamu seperti biasa, kayak sebelum ketemu kulkas berjalan kayak akuā€

ā€œIndah banget ya senjanya hehe. Sekarang aku udah bisa pergi. Jaga diri ya Beomie? Taehyunie selalu sayang Beomieā€

Hatinya bergemuruh kacau. Beomgyu sudah tidak dapat menahan air matanya. Langit pun sama. Bersamaan dengan gemuruh kecil, langit meneteskan buliran air suci yang mulai turun membasahi bumi, mengiringi senjanya yang semakin melemah dalam sandarannya.

ā€œSampai jumpa beruangku. I love youā€

Bahu Beomgyu perlahan merosot saat kepala Taehyun memberat, diiringi helaan nafas teratur yang mulai menghilang detik itu juga. Dengan hujan, sebagai pengiring indah laki-laki yang mengisi hari-harinya dalam empat tahun ini pergi tidur dalam keabadiannya.

Tangis Beomgyu pecah. Dia mendekap tubuh lemah Taehyun tanpa merasakan kehangatan laki-laki itu lagi. Taehyunnya benar-benar pergi. Pergi meninggalkannya, dengan semua kenangan manis yang masih tersusun rapi dalam ingatannya. Membiarkan kenangan itu memutar berurut, tanpa aba-aba dan tanpa pemberitahuan. Air mata Beomgyu semakin mengalir deras, dengan air hujan yang juga semakin deras membasahi bumi.

ā€œSelamat tidur senjakuā€


Genap dua bulan sejak Taehyun benar-benar pergi. Dan saat itulah takdirnya berputar 180°. Hidup Beomgyu perlahan kembali menggelap, karena setitik cahaya hangatnya sudah padam. Tak ada lagi senyum seorang Beomgyu sejak Taehyun pergi. Tak ada lagi juga kehebohan, jeritan seorang Beomgyu sejak saat itu. Semua kembali ke semula. Hanya tentang Choi Beomgyu, gelap dan rasa sakit.

Beomgyu memandangi beberapa polaroid penuh stiker di tangannya, dengan tangan lain memegang benda yang sangat familiar baginya–dulu maupun sekarang. Dia tersenyum simpul. Melihat senyum hangat Taehyun, masih terukir jelas dalam media kertas itu.

Beomgyu menarik nafasnya panjang. Menatap guratan senja yang mulai turun, dengan kilatan petir menghiasinya. Ya lagi-lagi hujan senja seperti saat Taehyun, senjanya pergi.

Beomgyu menarik kuat-kuat benda di genggamannya. Menikmati segala sensasi aneh yang mulai hadir, diiringi coretan warna pekat yang mulai menghiasi kulit pucatnya. Dia benar-benar puas.

Beomgyu tersenyum. Memandangi senyum Taehyun yang sepertinya memudar dan berbalik menatapnya tak suka. Beomgyu terkekeh. Halusinasinya benar-benar parah. Kepalanya mulai berdenyut dan matanya mulai mengabur, diiringi rasa aneh yang membuat tubuhnya seolah melayang.

Beomgyu tersenyum lebar. Membiarkan semua kegelapan menelannya. Sudah tidak ada alasan lagi untuk dirinya tetap bertahan. Jika alasannya pergi, dia akan ikut pergi sebelum dia merusak takdir baik orang lain. Jadi biarkan Beomgyu tidur dengan tenang, agar bisa bertemu senjanya kembali.

Taehyunie.. Sampai jumpa di senja berikutnya. Aku mencintaimu, dan sorry...
ā€“šŸ»

–end